watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

LIARNYA SEKS SUAMIKU

Aku hanya seorang wiraswasta. Kami tinggal di
Denpasar, Bali. Cerita ini bermula satu setengah
tahun lalu, ketika teman kuliah suamiku datang
dari Jakarta bersama suaminya. Sebut saja
namanya Sally, sedangkan suaminya bernama
Tomy. Usia mereka tak jauh berbeda dengan
kami. Hari pertama tak ada yang terjadi alias
biasa-biasa saja, namun masuk hari kedua, saya
mulai mencium ada yang tak beres antara
suamiku dengan mbak Sally. Dari tatapan
mereka tampaknya ada sesuatu yang mereka
sembunyikan. Tapi saya gak tahu. Sementara
mas Tomy kelihatannya cuek aja. Malam ketiga,
setelah kami pulang dari santap malam di
seputaran Denpasar, saya langsung saja mohon
pamit untuk segera beristirahat. Suamiku dan
kedua tamu kami masih terus ngobrol.
Tengah malam, saya gak tahu jam berapa, saya
merasa haus sehingga bangun. Suamiku belum
ada di sampingku. Perlahan aku menuju dapur,
namun begitu akan memasuki ruang tengah,
ada suara-suara yang tak asing lagi di telingaku
dari ruang keluarga. Saya pikir gila juga mas
Edy, masa selagi ada tamu ia nonton BF dengan
volume yang cukup keras. Dengan sedikit kesal
saya berniat untuk menegurnya, namun ketika
tanganku baru membuka tirai pintu ruang
keluarga, jantungku berdetak kaget. Suamiku
memang lagi nonton BF, tapi ia tidak sendirian. Ia
nonton bersama kedua tamu kami. Dan yang
membuatku kaget adalah mereka sebenarnya
tidak peduli dengan film yang ada di layar TV,
namun ketiganya lagi asik bercinta bareng! Mbak
Sally lagi dikeroyoki oleh suamiku dan suaminya.
Kulihat suaminya dari bawah, sementara
suamiku “mengerjai” mbak Sally dari atas,
maksud saya dari anus mbak Sally. Artinya
mbak Sally sedang di”double” penetrate oleh
kedua lelaki tersebut.
Napasku kian memburu, antara cemburu dan
nafsu, tapi aku berusaha kendalikan diri. Suara
mbak Sally seakan mengalahkan volume TV,
Ouhhhss, ***** my Ass hole!! Yeah, Edy, dig it
deeper… ouhhh… harder….!!! Untuk sesaat aku
gak tahu harus berbuat apa sehingga hanya
terbengong aja melihat aksi mereka bertiga
hingga teriakan histeris mbak Sally yang
orgamse membuyarkan lamunanku. Bersamaan
dengan itu mas Edy dan mas Tomy mengakhiri
pendakian mereka dengan menyemburkan mani
mereka ke mulut dan tubuh mbak Sally.
Lenguhan kedua lelaki membuat saya segera
berjinjit dan segera masuk kembali ke kamar
tidur. Rasa hausku hilang, namun ada semacam
perasaan aneh yang tak bisa kulukiskan. Saya
cemburu suamiku bercinta dengan wanita lain di
depan mataku, tapi yang membuat saya
bingung suami dari wanita itu juga terlibat dalam
aksi seks itu, dan nampaknya mereka sangat
menikmati permainan itu. Kutunggu mungkin
hampir satu jam ketika suamiku muncul di
kamar kami. Saya sengaja tertidur pulas, agar
mas Edy tidak mengetahui bahwa saya
sebenarnya mengetahui yang baru saja mereka
lakukan.
Aroma parfum sabun teraa sangat segar,
bertanda ia sudah membersihkan diri. Saya
sengaja membalikkan badan dan memeluknya,
namun dengan perasaan yang tak bisa
dilukiskan. Ingin sekali saya bertanya, namun
kata-kata sepertinya terpaku dalam mulutku.
Suamiku balas memelukku, mencium keningku
kemudian langsung tertidur. Ia tentu saja sangat
kecapaian. Saya tidak tahu berapa jam mereka
bertiga bergelut tadi. Ada perasaan jijik berada
dalam pelukannya, namun aku sangat
mencintainya. Kehidupan seks kami sangat baik,
kami sangat terbuka untuk berdiskusi tentang
apa saja mengenai hal ini, bahkan pernah sekali
dua kali kami menyinggung tentang tukar
pasangan, namun aku tak menanggapinya
dengan serius. Aku seorang wanita yang
berhasrat seks sangat tinggi, bahkan fantasiku
kadang-kadang sangat liar sehingga aku malu
untuk mengatakannya pada suamiku sendiri.
Namun, malam ini, di depanku sendiri, suamiku
memenuhi salah satu fantasinya untuk
“mengeroyok” satu wanita bersama laki-laki lain.
Dan, impian tergilanya yang hingga kini belum
juga saya penuhi, yakni anal seks, terwujudkan
bersama mbak Sally. Aku bingung, apakah
mbak Sally teriak kenikmatan karena kemaluan
suaminya yang bersarang di vaginanya, atau
penis suamiku yang mengerjai duburnya? Atau
karena dua sensasi yang berbeda itu? Aku
semakin penasaran, namun sejujurnya masih
ada perasaan aneh yang tak bisa kuungkapkan.
Dalam kebingunganku, aku tertidur dalam
pelukan suamiku.
Jam enam pagi aku bangun. Suamiku masih
terlelap. Demikian juga kedua tamu kami. Segera
aku membereskan rumah, dan yang jadi
prioritasku adalah ruang keluarga. Namun aku
tidak menemukan suatu keganjilan apapun.
Semuanya nampak seperti biasanya. Hanya saja
sebuah kepingan VCD yang berjudul “Orgy in
Paradise” kutemukan di kaki buffet. Kuambil dan
mencari boxnya tapi gak kutemukan. Sehingga
aku taruh aja di atas player VCD dalam buffet
kami. Selesai bersihkan rumah, aku segera
menyiapkan sarapan pagi. Jam sudah
menunjukkan pikul 07.00 tapi mereka bertiga
belum juga bangun. Aku langsung saja mandi,
kemudian membangunkan suamiku. “Mas, ayo
dong bangun, udah siang nih”! Dengan agak
malas suamiku berusaha membuka matanya.
“Udah jam berapa nih say?” Ia menanyakannya
dengan senyum. “Jam tujuh lewat” kataku
langsung memberikannya handuk. “Ayo dong
mandi. Ntar gak enak sama mbak Sally dan
suaminya loh” Aku berusaha berbicara dengan
nada yang wajar. Mas Edy dengan berat hati
melangkah menuju kamar mandi.
Jam 07.45 kami semua sudah berada di meja
makan. Aku sekali lagi berusaha untuk tampil
biasa-biasa saja. “Wah, sepertinya sarapan pagi
ini enak sekali. Ada susu, ada telur dan orange
juice! Benar-benar favorit kami di Jakarta” mbak
Sally membuka pembicaraan. “Ah, biasa aja
mbak. Maaf loh, hanya ini yang bisa kusiapkan.
Maklum soalnya pagi tadi gak sempat ke pasar.
Habis mana mas Edy bangun kesiangan, lagian
pembantunya lagi cuti. Praktis hanya kami
berdua aja”. “Sorry sayang, aku memang
bangun terlambat. Soalnya semalam kami
ngobrol sampai larut malam”! mas Edy
menimpali sambil tersenyum. Mbak Sally dan
suaminya juga demikian. Ada semacam rasa
benci dalam hati, namun aku berusaha untuk
mengendalikannya. “Mari mbak, mas, silahkan
dimakan rotinya, ntar keburu dingin loh” aku
mempersilahkan tamuku untuk mulai sarapan.
Aku memberikan roti yang telah berisi selai
kepada suamiku. “Thanks sayang”. “Wah,
beruntung Edy memiliki istri seperti Ana. Cantik
dan penuh perhatian lagi!” mas Tomy berujar
sambil tersenyum. Aku gak tahu apa arti
senyumnya, namun perasaanku mengatakan
ada sesuatu yang sebenarnya ingin ia katakan.
“O ya mas, rencananya hari ini mau kemana?”
tanyaku sambil menatap suamiku. “Belum tahu
tuh, mungkin setelah sarapan kita diskusikan lagi.
Begitu kan Tomy?” mas Edy menimpali.
“Kalau begitu aku mohon maaf, karena aku
harus ke salon hari ini. Jika mas mau antar mbak
Sally dan mas Tomy tolong diatur agar mereka
tidak kecewa. Sayang sekali karena saya gak bisa
ikut dengan kalian. Soalnya sudah terlanjur
janjian untuk creambath dengan salon
langganan kami”. Sesaat mereka terdiam, tiba-
tiba mbak Sally menimpali “mungkin sebaiknya
kita istirahat aja di rumah. Gimana menurutmu
mas? kasihan mas Edy masih capek!” kata mbak
Sally sambil melihat suaminya. “Ide yang baik.
Lagian kita tidur kemalaman sih. Ntar siapa yang
kuat nyetir?” mas Tomy menjawab. “Gak apa-
apa kok, mas Edy udah biasa”! kataku. Namun,
akhirnya mereka sepakat untuk tidak kemana-
mana sehingga perasaanku semakin gak karuan.
Aku mencoba untuk membuang memoriku
semalam, namun semakin jelas dalam benakku
episode-episode percintaan mereka semalam.
Aku pamit kepada mereka, berusaha senyum
yang wajar dan meninggalkan rumah. Aku
sengaja tidak membawa mobil, aku memilih
memakai taksi aja. 45 menit berlalu, aku merasa
semakin tidak nyaman menunggu giliranku di
salon. Akhirnya aku batalkan saja dan pulang ke
rumah. Perasaanku semakin tidak karuan
sehingga aku meminta sopir untuk berhenti dari
jarak seratusan meter. Perlahan aku membuka
pagar dan langsung menuju halaman belakang.
Rumah nampak sepi, tapi perasaanku deg
degkan sekali. Dengan perlahan aku membuka
pintu belang, membuka sepatu dan berjinjit
masuk ke dalam. Dugaanku benar! Di ruang
yang sama mereka mengulangi lagi perbuatan
mereka. Kulihat suamiku sedang menjilati vagina
mbak Sally, sementara ia memberikan service
mulut bagi suaminya. Dalam keadaan siang
bolong aku lebih jelas melihat aksi mereka. Aku
gak tahu harus berbuat apa, tapi napasku
semakin memburu. Aku kesal, marah dan ingin
berteriak histeris. Akan tetapi jujur kukatakan ada
gairah yang hampir meledak dalam diriku. Aku
terbawa oleh suasana. Aku memang sangat
bernafsu.
Dalam kebingunganku, sepatu di tanganku jatuh
dan mengagetkan ketiganya. “Eh, kamu An..”
suamiku kaget. “Maaf ya An, kami tak
bermaksud menyakitimu. Kami bertiga udah
biasa melakukan ini semenjak kuliah dulu. Ini
hanya soal seks aja, gak lebih”. Mbak Sally
mencoba untuk mencairkan suasana. Aku
terdiam, duduk di sofa, di depan mereka.
Sementara mereka masih tetap telanjang, tidak
berusaha untuk menutupi aurat mereka. Aku
menutup mata, mau menangis, namun tak bisa.
Tiba-tiba suamiku memelukku, dan mencium
tengkukku. “Maaf say, sekali lagi maaf…” Aku
tidak bereaksi, sampai mbak Sally duduk di
sampingku dan mulai mencium telingaku. Aku
kaget, namun suamiku segera menyumbat
mulutku dengan ciumannya. Mbak Sally gak
berhenti di sana, tangannya terus bergerilya
sehingga dalam sekejap rok dan kaosku sudah
terbuka. Aku berusaha meronta, namun tangan-
tangan mereka terlalu kuat. Aku mulai merasa
sensasi yang luar biasa ketika mbak Sally
mencium dan menjilat putingku. Aku hanya bisa
berdesah kenikmatan.
Pikiranku buntu, sementara kenikmatan kian
menggerogoti tubuhku. Antara sadar dan tidak
kurasa ada seseorang yang menarik celana
dalamku dan membuka lebar kedua pahaku. Aku
lemah. Aku pasrah saja, sehingga ketika ada
lidah yang bermain-main di vaginaku aku hanya
bisa melenguh, mendesis dan menggigit bibirku.
Aku gak tahu lidah siapa yang bermain di sana,
namun kuyakin itu bukan milik suamiku. Lambat
laun aku pun mulai terbawa oleh gairahku sendiri
sehingga aku sudah tidak peduli lagi dengan
keadaan. Dalam dekapan tiga pasang tangan, aku
orgasme beruntun. Nafasku tak beraturan, tapi
aku mulai sadar. Di selangkanganku mas Tomy
lagi asik dengan permainannya. Aku kaget, tapi
mbak Sally segera menarikku, menciumku
dengan ganasnya. Aku gak tahu harus berbuat
apa. Baru saja aku terhempas oleh puncak
orgasme yang luar biasa, kini aku diserang lagi.
Aku kaget, karena tidak pernah berciuman
dengan wanita, apalagi ini di depan suamiku
sendiri. “Nikmati aja sayang, gunakan fantasi
liarmu agar kamu bisa terpuaskan…” suamiku
berbisik sambil terus meremas-remas
payudaraku. Sementara di selangkanganku, ada
sebuah tuntutan yang hampir meledak, ketika
mas Tomy mencium anusku. Dengan lidahnya
ia mempermainkan daerah sekitar duburku yang
membuatku semakin terbang tinggi. Sekali-sekali
ia menggigit pantatku, dan berusaha
memasukkan lidahnya ke dalam anusku.
Sensasinya tak bisa kulukiskan! Dalam puncak
kenikmatanku, suamiku mengganti posisi mas
Tomy, dan dengan rakusnya dia mencium dan
menjilat seluruh pantatku. Ia tak pernah seliar ini,
namun aku tak berusaha untuk menahannya.
Aku sedang tenggelam dalam luapan gairah
yang tak pernah kurasakan sebelumnya.
Sementara mbak Sally bergantian dengan
suaminya bermain dengan puting dan mulutku,
suamiku mulai mencoba memasukkan jarinya
kedalam anusku. Aku kaget, namun sekali lagi
aku tak kuasa menahannya. Hasratku
mengalahkan logikaku. Pertama satu jari,
kemuadian dua, lalu tiga. Awalnya cuma
sodokan pelan, namun lama-kelamaan semakin
kencang. Sementara jemarinya keluar masuk di
duburku, mas Edy mencium dan menjilat
klitorisku dengan ganas. Ingin sekali aku
berteriak, namun suaraku tertahan oleh
ganasnya serangan mbak Sally di mulutku. Aku
terbuai dalam permainan itu, sehingga aku ikuti
saja ketika suamiku membalikkanku, dengan
posisi nungging ia mulai berusaha untuk
menggunakan ******nya di lubang pantatku.
Aku hanya pasrah, ketika pelan-pelan ******nya
mulai masuk, aku merasa agak nyeri, namun
rasa itu segera hilang bersamaan munculnya
sensasi yang luar biasa dalam perutku. Suamiku
semakin cepat melakukan aksinya, sementara
mbak Sally berusaha memberikan rangsangan
tambahan dengan mencium memekku.
Ia terus menjilat, dan terus saja menjilat lendir
vaginaku yang bercampur dengan ludahnya.
Aku ingin berteriak, namun sekali lagi mulutku
tersumbat oleh kemaluan mas Tomy. Aku
begitu liar, rasioku hilang. Yang ada hanyalah
tuntutan kepuasan, desakan untuk segera
meledak dari dalam perutku. Akhirnya, puncak
itu datang juga. Aku merasakan multiple
orgasme yang bertubi-tubi, kenikmatan yang
aku ragu bisa mendapatkannya lagi. Dalam
erangan puncakku, mas Tomy memuntahkan
laharnya dalam mulutku. Aku tersedak, sebagian
tertelan. Namun mas Tomy tetap memasukkan
******nya dalam mulutku. Dengan liar aku
menjilat dan membersihkan sisa maninya di situ.
Belum hilang kenikmatanku, suamiku semakin
gencar menyodok pantatku, dan dengan
hentakan yang keras ia menumpahkan maninya
dalam pantatku. Aku terdampar di pantai
kenikmatan yang tak pernah kucapai. Yang
kutahu, setelah mencabut ******nya, aku mas
Edy menyodorkan barangnya yang baru saja
dikeluarkan dari duburku untuk kujilat. Aku gak
lagi berpikir normal. Nafsu telah menguasai
benakku sehingga tanpa merasa jijik aku
langsung menjilat dan mengulum sisa-sisa lendir
di batang kemaluan mas Edy.
Sementara itu, mbak Sally mulai pindah dari
memekku, kini lidahnya bermain-main di lubang
pantatku. Ia membersihkan seluruh cairan yang
ada di sana, tanpa meninggalkan bekas. Lalu,
dengan sisa-sisa nafsu yang ada ia mencium
bibrku, dan dengan agak memaksa ia membuka
mulutku dan bermain-main dengan lidahku.
Kami terdiam, hanya saling menatap, namun
yang jelas, bagiku, suatu petualangan seks telah
kumulai. Bahkan dengan sekaligus tiga langkah.
Analseks, berorgy dan bercinta dengan wanita.
Aku menutup mata, malu, namun ada kepuasan
yang tak bisa kulukiskan dengan kata-kata…..


Adult | GO HOME | Exit
1/1668
U-ON

inc Powered by Xtgem.com